Pengertian
Kali ini saya akan sharing pada teman-teman tentang pengalaman saya sebagai ibu dari anak pertama saya dengan diagnosa alergi susu sapi. Alergi susu sapi yaitu reaksi tubuh yang muncul pada anak akibat mengonsumsi susu sapi atau produk lainnya yang mengandung susu sapi. Gejala
Alergi ini biasanya ditandai dengan:
- ruam dan gatal pada kulit
- mutah
- kolik
- susah nafas
- kembung
- diare
- bengkak di bagian tubuh tertentu
- mata berair
- pup berdarah
namun gejala yang muncul pada anak berbeda-beda, tergantung kekebalan tubuh masing-masing anak. Pada anak saya gejala muncul adalah ruam atau gatal pada area tangan yang tidak hilang meskipun suhu dingin atau telah menggunakan obat gatal. Gejala lain yang muncul adalah mutah saat makan atau minum. Jika anak mengalami beberapa gejala di atas moms perlu mewaspadai apakah anak mengalami alergi susu sapi atau tidak. Moms bisa melakukan diet khusus dan mengamati reaksi tubuh si kecil saat menerapkan diet khusus.
Baca Juga
Kronologi
Kali ini saya akan menceritakan kronologi bagaimana saya bisa mengetahui bahwa anak saya ternyata alergi susu sapi. Awalnya adalah pasca melahirkan, ASI saya tidak keluar selama kurang lebih 3 hari. Pada saat itu memang secara teori saya tau bahwa bayi yang baru lahir, bisa bertahan selama 3 hari tanpa minum karena masih menyimpan cadangan makanan di tubuhnya. Namun 1 hari setelah lahir lingkungan banyak yang menyarankan bahwa bayi harus diberi minum, kasih saja susu formula, dan blablabla. Sebagai new moms saya mulai goyah dan akhirnya saya memutuskan memberikan anak saya susu formula (keputusan yang sampai sekarang saya sesali). Perlu moms ketahui biasanya anak yang alergi susu sapi ini terjadi pada bayi di bawah 6 bulan yang masih sangat rentan dan belum toleran terhadap zat-zat atau protein yang terkandung pada susu sapi. Alergi susu sapi jarang terjadi pada bayi yang selama 6 bulan pertama mengonsumsi ASI eksklusif (pengetahuan ini terlambat saya dapatkan, dan saya masih sangat menyesal, hehe). Pada kasus anak saya pada 3 hari pertama, anak saya mengonsumsi susu formula dan kemudian selama 2 bulan selanjutnya full ASI karena saya masih cuti bekerja, setelah 2 bulan anak saya mengonsumsi ASI dan Susu Formula, lagi-lagi lingkungan saya menyarankan saya untuk memberikan anak saya susu formula supaya cepat gemuk (hemmm... ). Jadi moms kadang kita perlu tegas pada diri sendiri demi anak. Pada 2 bulan pertama sebenarnya gejala bahwa adek alergi terhadap susu sapi sebenarnya sudah terlihat, akan tetapi saya sebagai orang tua belum menyadarinya, yaitu sering mutah ketika minum susu, dan muncul seperti biang keringat pada tangan. Gejala tersebut terus muncul diikuti kenaikan berat badan adek yang tidak sesuai KMS. Upaya yang saya lakukan pada saat itu adalah membawa adek ke dokter spesialis anak. Beberapa dokter hanya mengatakan tidak apa-apa, dan hanya memberikan obat untuk mempercepat pencernaan, atau obat anti mutah saja dan mengatakan bahwa ini akan hilang dengan sendirinya.
Namun yang terjadi adalah gejala di atas ternyata tidak kunjung hilang walaupun anak saya sudah berusia 1 tahun. Awalnya saya berpikir bahwa gejala mutah yang terjadi adalah seperti gumoh (dalam bahasa jawanya) yang biasanya semakin anak tumbuh besar akan hilang dengan sendirinya. Sampai pada saat adek berusia 17 bulan, saya dan suami memutuskan adek untuk terapi okupasi yaitu terapi mengunyah agar tidak mutah di sebuah klinik di Yogyakarta, ternyata pada saat di klinik dan bertemu dengan dr. Novy anak saya diperiksa dan hipotesisnya mengarah pada alergi susu sapi. Akhirnya kami diberikan surat pengantar untuk tes lab, untuk mengetahui apakah anak saya memang benar positif alergi protein susu sapi. Setelah tes lab dan hasilnya keluar anak saya memang positif alergi susu sapi, saya sedikit lega walaupun sedih. Lega karena akhirnya tahu penyebab dari anak saya sering mutah.
No comments:
Terimakasih atas komentar dan kunjungannya